Saatnya Menjadi Diri Sendiri Di Media Social

Menjadi Diri Sendiri di Social Media

Ini adalah tulisan dari blogger tamu Max Manroe. Jika Anda ingin menjadi blogger tamu di blog ini, silahkan cek halaman Submit Artikel.

Seringkali saya menemukan akun twitter dan akun facebook yang menggunakan nama palsu atau foto palsu sebagai identitas mereka di media social. Dan tidak sedikit dari akun-akun palsu itu digunakan untuk kegiatan bisnis mereka. Banyak sekali orang yang ingin berinteraksi di media social seperti twitter dan facebook tapi malah membiarkan diri mereka tidak merasakan pengalaman yang lebih baik di media social dan memilih bersembunyi ‘dibelakang layar’.

Hal pertama yang terpenting dalam kegiatan kita di media sosial adalah melakukannya tanpa harus banyak mengharapkan sesuatu darinya. Ketika menggunakan twitter atau facebook, mungkin Anda berharap akan mendapatkan ratusan retweets dan favorite, atau ratusan like dan reshare, dan ketika itu tidak terjadi Anda kemudian menjadi kecewa dan mulai menganggap kegiatan di media social tidak ada gunanya. Media social tidak dirancang seperti itu, ya memang video viral seperti YouTube lebih sering mendapatkan ratusan bahkan ribuan like atau di share, itu karena video lebih terlihat alami dan nyata.

Video YouTube sering dilike atau dishare bukan karena sebuah keberuntungan atau video tersebut dibuat dengan strategi khusus selama berjam-jam (walaupun ini sering terjadi pada beberapa kasus), namun ini terjadi lebih karena video biasanya menunjukkan sesuatu yang nyata dan orang-orang dapat berinteraksi dengan video tersebut secara nyata. Dan ketika orang-orang menyukai atau tidak menyukai video tersebut akan banyak like, dislike, share, reshare, pada intinya akan terjadi interaksi dari banyak pihak tanpa adanya paksaan atau ajakan.

Tujuan dari media social adalah untuk membantu orang terhubung dengan orang lain, sebuah media yang dapat digunakan untuk mengekspresikan diri kita, menghargai perbedaan, dan mempelajari tentang orang lain. Bersembunyi dibalik nama palsu dan foto palsu hanya akan membuat kegiatan Anda di media social tidak bertumbuh dan berkembang.

Jika Anda ingin menjadi bagian dari media social yang terhubung dengan banyak orang dalam jangka waktu yang lama, maka sudah saatnya untuk berhenti bersembunyi dibelakang avatar palsu atau nama palsu. Untuk menjadi bagian dari media social yang sehat tentu saja Anda harus menjadi diri Anda sendiri.

25 pemikiran pada “Saatnya Menjadi Diri Sendiri Di Media Social”

  1. Benar sekali mas handoko.. Banyak fake facebook yang kadang hanya mentag foto jualan yang sangat menganggu sekali.. sebenarnya kita bersocial media adalah saling kenal. setelah kenal dan percaya.. baru deh bisa jualan..

    Balas
  2. Wah ternyata menjadi diri sendiri itu sangat penting ya. Karena untuk memberikan image kepada publik tentang siapa sebenarnya kita.

    Salam kenal

    Balas
  3. Menjadi diri sendiri merupakan salah satu kunci sukses dalam bisnis dengan media sosial. Selain itu jangan lupa untuk memberi manfaat kepada jaringan yang didapatkan melalui media sosial itu sendiri.

    Balas
  4. Hehehe… jadi malu sendiri. Sebenarna saya punya akun social media yang asli, tapi punya beberapa akun social media palsu. Terkadang ini diperlukan, untuk hal-hal baik pastinya, misalnya memantau orang lain dimana kita tidak ingin menggunakan akun asli kita. Tapi itu semua kembali ke diri masing-masing

    Balas
  5. Benar sekali, dengan bersembunyi dibLik layar dengan nama palsu tentu akan susah menjadi bahan pembicaraan dan menjadi seseorang dengan skill tertentu. personal branding tentu akan cepat terarah jika kita jujur apa adanya tentunya di media sosial.

    Balas
  6. Hmm..tergantung ‘nawaitu’ nya juga…adakalanya fake identity itu jelek dan ada kalanya juga bermanfaat..tergantung niat dan tujuannya…tidak selalu yang kelihatan dengan mata kasat itu jelek..

    Balas
  7. Kalau nyantumin nama blog aja di FB termasuk jadi diri sendiri atau gmana. mas? Maklum, sya kurang gitu fb-an kecuali untuk kepentingan promosi blog 🙂
    Salam kenal dari Direktori Weblog Indonesia, mas.

    Balas
  8. Hmm,,, selama ini saya memang menggunakan avatar palsu (gambar kucing), tapi bukan berarti mengharapkan banyak like, saya hanya ga pede saja 😛

    Balas
  9. Yah bener banget ini artikel mas gan.

    Saya juga sedang mengubah image agar kembali lagi menjadi diri sendiri di social media maupun di blog.

    Dengan begitu karakter kita juga terlihat dan tercermin dari apa yang kita tulis =)

    Balas
  10. Tidak semua bisa disebut sebagai akun palsu sih. Ada istilah Pen Name atau Nama koresponden, yang dulu sering dipake oleh para jurnalis, dengan tujuan yang positif. Semisal untuk mengangkat nilai jual sebuah artikel, produk dll, jika diendorse oleh nama yg menjual, akan mendorong salesnya..

    Saya pernah membeli sebuah slot iklan dan di majalah dan situs bahasa inggris, begitu janji ketemuan dengan Mr. Andrew untuk brief produk, yang datang orang melayu sawo mateng. Saya pikir ini asistennya, setelah berkenalan, bla.. bla.. bla… Dia mengenalkan nama Anto Darmanto a.k.a Andrew… dalam hati saya, WOW..

    Dia menjelaskan Pen Namenya Andrew blablabla… untuk mengangkat sales dan trust.. Yg pasti harus konfirmasi kepada klien, siapa kita dan bagaimana kita, semuanya dijelaskan sebelum berbisnis lebih lanjut. Dan yang paling menunjang sales adalah portfolio.

    Just sharing..

    Balas

Tinggalkan komentar